Selasa, 24 November 2015

Tuhan, Aku, dan Mimpi

Aku tahu, ada yang namanya kehadirat
Takdir kebenaran dan jalan hidup pemberian Tuhan
Ketika aku mulai lelah, kupikir aku jauh dari Tuhan
Sebegitu sakitnya dan lemahnya aku
Tak mudah bagiku cari sebuah kejayaan
Berada pada titik lemah sebuah pengasingan
Menanti datangnya sinar keabadiaan
Semoga bisa aku gapai, Nanti. 

Ini perihal asa yang tak bisa aku bubungkan
Ini perihal impian yang tak bisa aku wujudkan
Bukankah kita hanya diperbolehkan untuk berencana dan berusaha semampu kita?
Tahap pemutusan tetap Tuhan yang berkuasa
Jika bukan untuk kita, takkan dipermudah
Teori-teori penerimaan sudah kuhafal di luar nalar
Begitu benar
Dalam nyata, aku masih berusaha tegar
Jika bukan jalanku, akan kulepas dengan sabar
Aku percaya, Tuhan akan menggantikannya sama atau bahkan tak kalah besar.

Mereka banyak menuntut ini itu. Padahal mereka tak tahu. Ada ragu akan apa yang sebenarnya aku mau. Mereka bilang berjuanglah meraih mimpi. Maka aku ingin profesi di kenegaraan untuk mengabdi. Tapi fikiran mereka selalu berganti. Jadilah kini aku orang yang selalu mengobati. Tak apa mungkin sekarang terasa setengah hati. Yang penting perintah orang tua aku taati. Mudahmudahan penjadi penolong ketika aku mati.

“Mama..
Kau selalu tau apa yang terbaik
Bagiku, anak perempuanmu satu-satunya
Tapi, bolehkah aku meminta satu hal darimu?
Aku meminta izin dan restumu
Izinkan aku mengikuti panggilan hatiku
Izinkan aku mulai menata jalanku sendiri
Izinkan aku memilih apa yang baik untukku
Aku janji bisa membanggakanmu, Ma
Aku janji” 

………………………
Mimpimu boleh melangit, namun sikap mu harus tetap membumi. Akan ada kerikil bahkan bongkahan batu yg akan kau temui dalam perjalan mu. Namun sebelum kau mengeluh, bersyukur lah. Karena Tuhan sedang mewarnai Nya agar mimpi mu terasa berharga. Berjalan lah walau tertatih, teruslah melangkah hingga kau mengikuti irama. Tanamkan pada diri, bahwa KITA adalah pemenang. 

Sesuatu yang diimpikan
Terlahir dari sebuah tujuan
Agar terwujud di masa depan
Tak mudah memang,
Sebelum hilang
Kita bisa berjuang
Sampai waktu yang tak terbilang
Nikmati hidup agar bisa dirasakan
Sampai mati yang menghentikan
Citacita kita di masa depan

Sudah sejauh ini.
Sebelum kau memutuskan berhenti, coba ingat kenapa kau memulai dulu.
Lalu bertatih bersama setiap keringat yang tercucur,
dari doa-doa yang kau panjatkan selepas berserah diri .
Diteriaki pendapat-pendapat pesimis dari jiwa yang destruktif.
Alasan permisif hanya akan membunuhmu pelan-pelan.
Ketika kau jatuh, jangan harap ada orang yang akan membangunkanmu.
Karena, ketika kau berdoa agar bisa lebih bersabar, Tuhan tidak akan memberimu kesabaran, melainkan memberikan cobaan, bukan begitu ?
Antara kau dan mimpimu, hanya ada Tuhan, bukan keterbatasanmu.
Jadi jangan lupa, untuk mencapai mimpimu, kau tau harus kemana.

……………..
Percaya.
Satu kata yang membuatku selalu mampu melalui segala keterbatasan.
Inginku tinggi, bahkan tampak tidak dapat aku capai. Awalnya.
Namun sebuah kata “percaya” dapat melampaui segala kemampuanku.
Kamu juga bisa, tidak hanya aku.
Jangan berkata tidak mampu.
Perlu kamu yakini, bahwa yang mudah menyerah itu bukanlah dirimu. 

Perkenalkan, ini aku, Sa’adatul Umayah.
Perkenalkan, ini aksara, dari berbagai rasa.

Tidak ada komentar: