Pernah aku berjanji padamu akan mengisahkan dua orang manusia. Beberapa sudah aku paparkan sebelum ini, jika kau lupa, bisa kau baca kembali apa yang sudah aku jelaskan di postinganku sebelum ini. Untuk selebihnya, ikuti apa yang aku ceritakan hari ini dan hari kemudian. Kuingatkan lagi, hati-hati pada pikiran dan perasaanmu.
Siang kemarin, aku bermain-main ke perpustakaan salah satu kampus ternama di kota pelajar. Menghabiskan waktuku, mengobservasi lingkungan sekelilingku. Belakangan kegiatan ini sedang aku gandrungi. Dua hal menarik fokusku; wanita yang gemar menggambar dengan sebelumnya mencari-cari apa yang akan menjadi objeknya, dan satu lagi, pria yang suka sekali menempelkan headset di kedua telinganya, bersandar lemas ke batang pohon atau dinding lalu lamat-lamat terlelap.
Aku mengambil tempat duduk di sudut ruangan yang tidak terkena sinar matahari. Dari tempatku duduk aku bisa memperhatikannya; wanita yang gemar menggabar. Di perkenalan sebelum ini sudah aku sebutkan namanya. Ya, Venus. Wanita sedikit kurus, terlihat cuek tidak memperhatikan penampilan, namun parasnya terurus, maksudku sedikit putih dan mulus. Rambut sebahunya acap kali dicepol, sepertinya tidak menggunakan sisir karena sisa anak-anak rambut lumayan banyak bergelantung di bawahnya. Ah ya, satu yang harus kau tahu, Venus selalu membawa sketch book ke mana-mana, jika luang sekali waktu ia akan mewarnai di tempat pula, dengan cat air atau alat mewarnai lain yang lebih praktis.
Hari ini, dengan kaos putih dilapisi kemeja berbahan flanel kebesaran yang sengaja tidak di kaitkan kancing-kancingnya juga tak lepas dari celana jeans yang warnanya mulai memudar, Venus mencari-cari tempat yang enak untuknya melakukan kegiatan. Entah apa yang akan ia kerjakan kali ini. Tak jauh dari menggambar atau mengerjakan tugas kuliah, yang pasti. Kini ia sudah duduk di meja kecil yang hanya cukup untuk dua orang saja, namun sepertinya ia tak sudi berbagi meja dengan siapa pun, hingga meja sengaja ia penuh-penuhi dengan barang-barang bawaannya sendiri. Notebook kecil, sketch book dan alat menggambar lainnya, hingga laptop yang terbuka. Bahkan tasnya pun sengaja ia letakkan di atas meja, menjadikannya alas untuk notebook dan beberapa buku kuliah lainnya. Benar-benar wanita yang senang menyendiri, batinku.
Bermenit-menit Venus tidak melakukan apa-apa. Ia hanya duduk, dengan pensil di tangannya. Sketch book ia biarkan terbuka begitu saja. Pandangannya berkelana entah ke mana. Beberapa orang bolak-balik melewatinya ia tak menyadarinya. Bahkan ada yang tak sengaja menjatuhkan buku tebal di sebelah mejanya ia tak menunjukkan rasa kaget atau itikad membantu. Sepertinya ia tengah kacau balau. Aku tak tahu juga. Yang pasti, raut wajahnya memang sedikit berantakan. Sesekali ia mengacak rambutnya menggunakan tangan kirinya yang bebas tidak memegang apa-apa. Membuatnya lebih berantakan dari semula. Ia melepaskan pensilnya, lalu meletakkan tangan kanan di keningnya yang sedikit lebar. Maaf, tapi memang begitu. Lambat laun ia terlelap. Kedua mataku masih memperhatikan. Sesekali pundaknya terguncang. Hey sebentar, dia tidak sedang tidur. Ia menangis. Sesunggukkannya bukanlah tangisan diam-diam, juga suatu tindakan meredam pilu dalam-dalam. Bukan. Justru aku melihatnya sebagai teriakan paling lantang. Ada yang ia sampaikan, ada yang ia bagi dengan suasana sepi miliknya sendiri. Membuat telinganya tuli oleh masalah yang ia lontarkan pada dirinya sendiri.
Satu jam kemudian, aku masih memperhatikannya. Selama waktu bergulir, melamun adalah kegiatan yang mendominasinya. Tatapannya nanar. Kesemerawutan terlihat benar. Kini, ia sibuk merapikan barang-barang yang hanya menjadi pajangan. Memasukkannya satu persatu. Dan masih dengan raut wajah setengah kacau. Sesekali ia menarik dan menghembuskan nafas berat-berat. Seolah menenangkan dirinya sendiri. Dilihatnya jam di pergelangan tangan kanan, seketika wajahnya berubah menjadi panik. Ditepuk singkat keningnya lalu sedikit berlari keluar perpustakaan. Entah ada apa, yang pasti ia terburu-buru. Aku berusaha mengikutinya, namun hey! Apa yang sudut mataku tangkap?! Di meja bekas Venus duduki tadi aku melihat secarik kertas dengan bagian sudut-sudutnya sedikit terlipat. Kertas yang sudah disobek dari sketch booknya.
Beberapa lama aku tertegun. Kukedipkan kedua mataku seolah meyakinkan. Bukankah ini pria yang selalu ada di dalam pengamatanku belakangan ini? Ini Mars tempo hari kan? Mars yang terlelap setelah memperhatikan wanita pemilik gambar ini; Venus. Ingatanku tak salah kan?
Selesai sampai disini dulu yah. Akan kubiarkan beribu tanya memenuhi sudut ruang pikiranmu. Jika kau semakin penasaran mungkin itu akan semakin baik. Tunggu saja, aku tetap akan membagi kisah ini padamu. Nanti. Apa pun yang terjadi, padamu akan kubagi.
Kau hanya perlu tahu dan mengingat hal ini :
Jika memang dua pribadi sudah dipersatukan, bagaimanapun perbedaan karakter, sejauh apa pun jarak jika Tuhan dan Semesta-Nya berkehendak, maka bersatulah. Pun sebaliknya.
Sekian dulu yang bisa di ceritakan. Tidak hanya kau yang penasaran akan kelanjutannya. Aku pun sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar